Desentralisasi Pendidikan: Sekolah Sebagai Cermin Kemandirian

Rp 85.000

Kategori:

Deskripsi

Judul Buku: Desentralisasi Pendidikan: Sekolah Sebagai Cermin Kemandirian

Penulis: Gusti Ngurah Ketut Putera
Cetakan: 1, 2020
vi+ 312 hlm; 15 x 23 cm
08-jivaloka-publishing
ISBN: 978-623-92850-7-4 (Cetak)
ISBN: 978-623-95333-2-8 (Digital)
Harga: Rp. 85.000,-

 

SINOPSIS

 

Manajemen berbasis sekolah (MBS) membawa kemajuan di dunia pendidikan. Berkat sistem ini, sekolah dipercaya mengelola secara mandiri perihal sekolah sebagai optimalisasi layanan pendidikan. Fakta bahwa masyarakat luar Hindu tidak mau bersekolah di SMA Kertya Wisata, sebab mereka beranggapan bahwa sekolah tersebut merupakan sekolah khusus. Harapan dalam kajian ini, agar pelaksanaan pendidikan di SMA Kertya Wisata mampu menerapkan MBS, yang sesuai amanat pemerintah, yaitu sekolah yang otonom dalam mengelola tetapi tetap bervisi pendidikan nasional. Termasuk kemandirian sekolah sebagai optimalisasi layanan pendidikan.

 

Maka, ada tiga permasalahan yang diajukan dalam kajian ini, yaitu Pertama mengapa SMA Kertya Wisata Mataram melaksanakan manajemen berbasis sekolah? Kedua apakah pendukung dan penghambat manajemen berbasis sekolah di SMA Kertya Wisata Mataram? Ketiga bagaimanakah implikasi manajemen berbasis sekolah terhadap kualitas pendidikan di SMA Kertya Wisata Mataram? Kajian ini memakai (1) teori manajemen pendidikan, (2) teori psikologi sosial, dan (3) teori fungsional struktural. Secara metodologis, kajian ini bersifat kualitatif. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumen, Data dianalisis dengan teknik deskriptif interpretatif. Data dipakai sebagai analisis kualitatif.

 

Hasil kajian menunjukkan bahwa diperlukannya otonomi sekolah berarti SMA Kertya Wisata Mataram punya kewenangan penuh dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah. Artinya, berwenang menciptakan sekolah yang efektif, aman, nyaman, dan disiplin sebagai kebutuhan lembaga. Di samping itu, juga perlu meningkatkan keamanan lingkungan fisik sekolah. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan MBS, berupa faktor internal maupun eksternal. Dengan pendukung internal dan eksternal, keinginan masyarakat untuk memajukan pendidikan sangat tinggi, tetapi dalam prosesnya tentu akan didukung oleh warga sekolah sebagai pendukung internal sehingga pelaksanaan manajemen dapat berjalan lancar.

 

Penghambat internal dan eksternal, yaitu hambatan datang dari guru, peserta didik, lingkungan keluarga, atau masyarakat sekitar. Hambatan disebabkan oleh terjadinya pelbagai kekurangan; berupa tenaga guru, fasilitas sekolah, maupun pengelolaan. Penghambat lain yang sering muncul adalah kurangnya pengetahuan berbagai pihak tentang bagaimana MBS dapat bekerja dengan baik. Di samping itu juga masalah kurangnya ketrampilan untuk mengambil keputusan, ketidakmampuan dalam berkomunikasi, kurangnya kepercayaan antar pihak, ketidakjelasan peraturan tentang keterlibatan tiap-tiap pihak, dan keengganan para administrator dan guru untuk memberikan kepercayaan kepada pihak lain dalam mengambil keputusan.

 

Implikasi terhadap lembaga pendidikan di SMA Kertya Wisata Mataram, yaitu pelaksanaan manajemen berbasis sekolah merupakan sebuah proses untuk memajukan pendidikan di lembaga tersebut. Pembagian tugas dan pekerjaan merupakan dasar dari organisasi sekolah sesuai dengan stuktur yang dianut, apakah merupakan staf, pegawai, guru ataupun kepala sekolah. Implikasi terhadap hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu sekolah dengan masyarakat telah bersinergi untuk membangun pendidikan di sekolah tersebut. Pada hakikatnya MBS merupakan alat yang berperan penting dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan peserta didik di sekolah tersebut.